Jumat, 18 Juni 2010
Kabupaten Brebes
Kabupaten Brebes adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Luas wilayahnya 1.657,73 km², jumlah penduduknya sekitar 1.767.000 jiwa (2003). Ibukotanya adalah Brebes. Brebes merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling banyak di Jawa Tengah.
Geografi
Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, diantara koordinat 108° 41'37,7" - 109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5" - 7° 20'51,48 Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain, biasanya disebut dengan Bahasa Jawa Brebes. Namun terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi Kecamatan Salem,Banjarharjo,dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa Desa di Kecamatan Losari,Tanjung,Kersana,Ketanggungan dan Larangan.
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali (sekarang disebut sebagai Kali Brebes atau Kali Pemali yang melintasi pusat kota Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.
Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan "menyatu".
Brebes merupakan kabupaten yang cukup luas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet.
Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.
Utara Laut Jawa
Selatan Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas
Barat Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan (Jawa Barat)
Timur Kabupaten Tegal, Kota Tegal
Karakteristik wilayah pantai
Pantai - pantai di Kabupaten Brebes merupakan tempat bermuaranya sungai besar dan kecil, yang menyebabkan daerah pantainya makin bertambah ke arah laut (prograding).Pantai di Brebes dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis pantai, yaitu: pantai delta ( Delta Losari dan Pemali), pantai teluk ( Teluk Bangsri ) dan pantai lurus ( Randusanga ). Berdasarkan tingkat perkembangan atau penambahan daerah pantainya, pantai delta mengalami perubahan paling dinamis, diikuti oleh pantai teluk kemudian oleh pantai lurus.
Pembagian zonasi pantai terdiri dari bagian barat mulai dari Losari ( Prapag Kidul dan Prapag Lor ), Teluk Bangsri sampai dengan sekitar muara sungai Nippon (Desa Sawojajar dan Kaliwlingi) baik untuk pengembangan konservasi tanaman bakau ( mangrove ) yang dapat berfungsi untuk pemulihan daya dukung lingkungan, sedangkan wilayah pantai bagian timur mulai sebelah timur sungai kamal sampai dengan Pantai Randusanga Kulon sangat baik untuk dikembangkan menjadi Kawasan Pelabuhan Antarpulau maupun Kawasan Pariwisata Pantai.
Perairan daerah pantai bagian barat relatif dangkal, untuk mencapai kedalaman laut 5 meter berjarak lebih kurang 2.25 km dari garis pantai, sedang di perairan bagian timur, kedalaman laut 5 meter, berjarak lebih kurang 1,4 km. Makin kearah lepas pantai kedalaman laut berubah secara gradual ( morfologi dasar lautnya landai ) dengan pola garis kontur tidak lagi mengikuti bentuk garis pantainya.
Pembagian Wilayah Administratif
Secara administratif Kabupaten Brebes terbagi dalam 17 kecamatan, yang terdiri atas 292 desa dan 5 kelurahan.
Dalam Pola Perwilayahan Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Brebes termasuk Wilayah Pembangunan II dengan pusat di Tegal. Kabupaten Brebes sendiri dalam perwilayahan pembangunan dibagi menjadi 3 Sub Wilayah Pembangunan (SWP) yaitu:
SWP Ia, dengan pusat di Brebes, meliputi Kecamatan Brebes, Wanasari, Jatibarang dan Songgom. Sektor yang dapat dikembangkan adalah pertanian, khususnya sub sektor perikanan, sector perdagangan/jasa dan sektor pemerintahan.
SWP Ib, dengan pusat di Tanjung, meliputi Kecamatan Tanjung, Losari dan Bulakamba. Sektor yang dapat dikembangkan adalah sector perdagangan dan pertanian.
SWP II, dengan pusat di Ketanggungan, meliputi Kecamatan Ketanggungan, Banjarharjo, Larangan dan Kersana. Sektor yang dapat dikembangkan di wilayah ini adalah sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan antara lain meliputi sayur mayur, bawang merah dan lombok serta sektor pemerintahan.
SWP III, dengan pusat di Bumiayu, meliputi Kecamatan Bumiayu, Tonjong, Sirampog, Paguyangan, Bantarkawung dan Salem. Sektor yang dikembangkan adalah sektor pertanian, industri kecil, pariwisata dan perdagangan.
Kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Brebes, yaitu:
Banjarharjo
Bantarkawung
Brebes
Bulakamba
Bumiayu
Jatibarang
Kersana
Ketanggungan
Larangan
Losari
Paguyangan
Salem
Sirampog
Songgom
Tanjung
Tonjong
Wanasari
Perekonomian
Bawang Merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trade mark mengingat posisinya sebagai penghasil terbesar komoditi tersebut di tataran nasional. Namun di sektor pertanian sebagai sektor dominan, Kabupaten Brebes tidak hanya menghasilkan bawang merah. Berbagai komoditi lain yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan bagi para investor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Kabupaten Brebes antara lain: kentang granula, cabe merah dan pisang raja.
Di luar sektor pertanian, Kabupaten Brebes juga mempunyai potensi hijauan makanan ternak yang melimpah dan tersebar hampir di setiap kecamatan. Kondisi itu menjadikan kabupaten ini berkembang berbagai usaha peternakan baik jenis ternak besar maupun kecil antara lain; ternak sapi, kerbau, domba, kelinci rex, ayam petelur, ayam potong dan itik. Telur hasil ternak itik diolah oleh masyarakat setempat menjadi produk telur asin yang popularitas atas kualitasnya sangat dikenal dan tidak diragukan. Banyak yang menyebut Brebes adalah Kota Telur Asin.
Sementara sebagai salah satu daerah yang terletak dalam wilayah pantai utara Pulau Jawa, Kabupaten Brebes mempunyai 5 wilayah kecamatan yang cocok untuk mengembangkan produksi perikanan yakni Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung dan Losari. Hasil produksi perikanan yang menonjol meliputi; bandeng, udang windu, kepiting, rajungan, teri nasi dan berbagai jenis ikan laut yang lain. Hasil produk perikanan ini oleh masyarakat setempat telah dikembangkan usaha pembuatan Bandeng Presto Duri Lunak dan Terasi.
Pariwisata
Waduk Malahayu
Waduk Penjalin
Mata Air Sungai Pemali
Pantai Randusanga
Pemandian Air Panas Cipanas Bantarkawung
Pemandian Air Panas Cipanas Kedungoleng
Cagar Alam Telaga Ranjeng
Mata Air Cibentar, Bentarsari, Salem
Air Terjun Waru Doyong
Mata Air Dua Suhu
Ciblon Waterboom Brebes
Agrowisata Kaligua
Wisata Kuliner dan Makanan Khas
Telur asin asli khas Brebes yang banyak di jual di kios-kios sebelah barat jembatan Kali Pemali
RM Berkah Ilahi dan RM Sakinah khas sate kambing muda di pertigaan Tanjung
Rujak/pecel belut Mak Ribut di desa Cigedong
Kupat Blengong dan Sate Blengong, merupakan sate yang terbuat dari daging blengong (sejenis itik) yang biasanya dimakan dengan ketupat, banyak terdapat di warung sekitar alun-alun kota Brebes
RM Soto Ridwan khas soto Brebes yang dicampur dengan tauco , di blok panggung Ketanggungan
RM Kampung Alang-alang, khas ikan bakar yang terletak di Desa Kubangpari, atau tepatnya sekitar 12 km dari jalan raya pantura, dari ibu kota Kecamatan Tanjung, Brebes ke selatan, dengan posisi strategis di pinggir jalan jurusan objek wisata Waduk Malahayu
Bandeng Presto Duri Lunak khas Brebes yang banyak diproduksi oleh warga di Limbangan
Nasi lengko, menu sarapan pagi yang terdiri dari nasi, Ketimun, tahu, tauge, emping, sambal kacang dan kecap.
Tape ketan daun jambu, terbuat dari beras ketan (biasanya berwarna hijau) dan dikemas dengan menggunakan daun jambu, sehingga menambah aroma dan rasa.
Teh Poci Wasgitel, yaitu minuman teh yang wangi, sepet, legi dan kentel, merupakan minuman khas Kabupaten Brebes dan Tegal yang penyajiannya menggunakan poci dan cangkir yang terbuat dari tanah liat. Dihidangkan dalam keadaan panas dengan pemanis berupa gula batu.
RM Kafe Gusti, khas ikan bandeng pepes dan bakar lumpur terletak Objek Wisata Pantai Randusanga Indah.
RM H. Moei, khas sate kambing muda yang terletak di Jl.Raya Kaligangsa kota Brebes
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Brebes
17 Juni 2010
Sumber Gambar:
http://abjateng.net46.net/peta.php?k=brebes
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Locator_kabupaten_brebes.gif
http://aldhe06.files.wordpress.com/2009/04/p61840901.jpg (pantai randusanga)
http://rhyanto.files.wordpress.com/2009/03/800px-waduk_malahayu.jpg
http://kangagungbrebes.blogspot.com/2009_12_01_archive.html
http://khasbrebesan.files.wordpress.com/2010/01/telorasin.jpg
Potensi Ekonomi Kabupaten Brebes
Sektor pertanian amat dominan dalam perekonomian Kabupaten Brebes. Kontribusinya bagi PDRB daerah ini lebih dari 56 persen dengan nilai ekonomi lebih dari Rp 2,4 triliun. Subsektor yang signifikan adalah tanaman bahan makanan yang menumbang Rp 1,9 tiliun rupiah bagi PDRB, dan peternakan Rp 200 miliar. Selain itu yang juga berperan cukup penting adakan kehutanan dan perikanan.
Pada subsektor tanaman bahan makanan, produk andalannya adalah padi. Dengan produksi sebesar 533.985,00 ton, Kabupaten Brebes merupakan produsen padi keenam terbesar di Propinsi Jawa Tengah. Selain padi, produk tanaman bahan makanan yang diproduksi secara signifikan adalah jagung 75.037,00 ton, dan ubi kayu 27.688,00 ton.
Kabupaten Brebes juga merupakan daerah penghasil sayur-sayuran, terutama bawang merah. Dengan produksi lebih dari 2 juta kwintal, daerah ini merupakan sentra produksi bawang merah tingkat nasional. Kecamatan andalan untuk produksi bawang merah ini adalah Larangan, Wanasari, Brebes, Bulakamba, dan Jatibarang. Kelima kecamatan tersebut cocok disebut dan dijadikan sebagai klaster bawang merah.
Selain bawang merah, sayuran lain yang yang juga dihasilkan secara signifikan adalah bawang daun dan kubis. Bawang daun banyak dihasilkan oleh Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, dan Sirampog. Sedangkan kecamatan andalan untuk kubis adalah Sirampog dan Paguyangan.
Selain penghasil bawang merah, Kabupaten Brebes juga dikenal sebagai penghasil buah-buahan terutama pisang. Jumlah produksi pisang di Kabupaten Brebes merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah. Produksi pisang daerah ini terkonsentrasi di Kecamatan Bumiayu. Lebih dari 98 persen produksi pisang Kabupaten Brebes di hasilkan oleh Kecamatan Bumiayu. Produksi buah-buahan lainnya yang signifikan adalah mangga, semangka, dan rambutan.
Untuk subsektor perkebunan, komoditi yang diproduksi secara signifikan adalah nilam, tebu, kapulogo, mlinjo, dan kopi robusta. Nilam hanya terdapat di tiga kecamatan, yaitu Bantarkawung, Salem, dan Paguyangan. Sementara kecamatan andalan untuk produksi tebu adalah Losari, untuk produksi kapulogo adalah Bantarkawung, untuk produksi mlinjo adalah Tonjong dan Sirampog, dan untuk produksi kopi adalah Sirampog dan Salem.
Kabupaten Brebes juga merupakan daerah andalan produksi peternakan terutama Domba, Ayam Kampung, dan telur ayam kampung. Dengan populasi sebanyak 199.068 ekor, daerah ini berada diperingkat kedua sebagai daerah peternakan Domba di Jawa Tengah setelah setelah Kabupaten Temanggung. Sedangkan populasi Ayam Kampung sebanyak 3.466.494 ekor dan menempatkan kabupaten ini diperingkat pertama sebagai daerah penghasil ternak Ayam Kampung. Kabupaten Brebes juga merupakan produksen terbesar telur Ayam kampung/telur Itik di Jawa Tengah dengan produksi sebesar 136 miliar butir.
Pada subsektor perikanan, Kabupaten Brebes juga merupakan produsen produk-produk perikanan terutama Ikan Tambak dan Ikan Laut. Produksi Ikan Tambak sebesar 21.442.630,00 Kg. Sedangkan produksi Ikan Laut sebesar 2.212.950,00 Kg. untuk Ikan Tambak, produk andalannya adalah Ikan Bandeng, Udang baik Udang Biasa atau Udang
Windu, dan Mujair.
Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Brebes
17 Juni 2010
Pada subsektor tanaman bahan makanan, produk andalannya adalah padi. Dengan produksi sebesar 533.985,00 ton, Kabupaten Brebes merupakan produsen padi keenam terbesar di Propinsi Jawa Tengah. Selain padi, produk tanaman bahan makanan yang diproduksi secara signifikan adalah jagung 75.037,00 ton, dan ubi kayu 27.688,00 ton.
Kabupaten Brebes juga merupakan daerah penghasil sayur-sayuran, terutama bawang merah. Dengan produksi lebih dari 2 juta kwintal, daerah ini merupakan sentra produksi bawang merah tingkat nasional. Kecamatan andalan untuk produksi bawang merah ini adalah Larangan, Wanasari, Brebes, Bulakamba, dan Jatibarang. Kelima kecamatan tersebut cocok disebut dan dijadikan sebagai klaster bawang merah.
Selain bawang merah, sayuran lain yang yang juga dihasilkan secara signifikan adalah bawang daun dan kubis. Bawang daun banyak dihasilkan oleh Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, dan Sirampog. Sedangkan kecamatan andalan untuk kubis adalah Sirampog dan Paguyangan.
Selain penghasil bawang merah, Kabupaten Brebes juga dikenal sebagai penghasil buah-buahan terutama pisang. Jumlah produksi pisang di Kabupaten Brebes merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah. Produksi pisang daerah ini terkonsentrasi di Kecamatan Bumiayu. Lebih dari 98 persen produksi pisang Kabupaten Brebes di hasilkan oleh Kecamatan Bumiayu. Produksi buah-buahan lainnya yang signifikan adalah mangga, semangka, dan rambutan.
Untuk subsektor perkebunan, komoditi yang diproduksi secara signifikan adalah nilam, tebu, kapulogo, mlinjo, dan kopi robusta. Nilam hanya terdapat di tiga kecamatan, yaitu Bantarkawung, Salem, dan Paguyangan. Sementara kecamatan andalan untuk produksi tebu adalah Losari, untuk produksi kapulogo adalah Bantarkawung, untuk produksi mlinjo adalah Tonjong dan Sirampog, dan untuk produksi kopi adalah Sirampog dan Salem.
Kabupaten Brebes juga merupakan daerah andalan produksi peternakan terutama Domba, Ayam Kampung, dan telur ayam kampung. Dengan populasi sebanyak 199.068 ekor, daerah ini berada diperingkat kedua sebagai daerah peternakan Domba di Jawa Tengah setelah setelah Kabupaten Temanggung. Sedangkan populasi Ayam Kampung sebanyak 3.466.494 ekor dan menempatkan kabupaten ini diperingkat pertama sebagai daerah penghasil ternak Ayam Kampung. Kabupaten Brebes juga merupakan produksen terbesar telur Ayam kampung/telur Itik di Jawa Tengah dengan produksi sebesar 136 miliar butir.
Pada subsektor perikanan, Kabupaten Brebes juga merupakan produsen produk-produk perikanan terutama Ikan Tambak dan Ikan Laut. Produksi Ikan Tambak sebesar 21.442.630,00 Kg. Sedangkan produksi Ikan Laut sebesar 2.212.950,00 Kg. untuk Ikan Tambak, produk andalannya adalah Ikan Bandeng, Udang baik Udang Biasa atau Udang
Windu, dan Mujair.
Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Brebes
17 Juni 2010
Bumiayu
Bumiayu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Bumiayu merupakan pusat aktivitas masyarakat di bagian selatan Kabupaten Brebes seperti Tonjong, Sirampog, Bantarkawung, Salem, dan Paguyangan. Kecamatan ini berada di daerah dataran tinggi, dan dilalui jalur transportasi utama Tegal-Purwokerto, serta jalur kereta api Jakarta-Cirebon-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya.
Di Bumiayu terdapat Pasar Wage, yaitu pasar yang hanya buka setiap lima hari sekali menurut hari pasaran Kalender Jawa. Di kota Bumiayu, sebagian besar masyarakat Bumiayu memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Kawasan perdagangan kota Bumiayu yang membentang dari Talok hingga Jatisawit. Pasar di Bumiayu adalah Pasar Talok, Pasar Bumiayu, Pasar Majapahit, dan Pasar Jatisawit.
Untuk mengurangi kemacetan di kota Bumiayu, Pemerintah Kabupaten Brebes membangun jalan Lingkar Selatan, yang dibangun di sebelah timur wilayah perkotaan Bumiayu. Jalan tersebut terbentang mulai dari Talok hingga Pagojengan Kecamatan Paguyangan.
Desa/Kelurahan
Adisana
Bumiayu
Dukuhturi
Jatisawit
Kalierang
Kalilangkap
Kalinusu
Kalisumur
Kaliwadas
Langkap
Laren
Negaradaha
Pamijen
Panggarutan
Pruwatan
Ketabasa
Lain-lain
Pada waktu zaman revolusi tahun 1950-an, Bumiayu dikenal sebagai pusat/markas TNI-AD untuk menumpas pemberontakan DI/TII yang ada di daerah Kecamatan Salem.
Tokoh terkenal dari wilayah ini ialah Yahya Ahmad Muhaimin (mantan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia).Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang banyak berkiprah ditingkat nasional baik sipil maupun militer, namun sayang tidak terdokumentasikan. Tokoh Yahya Muhaimin lebih tepat sebagai mantan menterinya Gus-Dur yang lahir di Bumiayu dan belum ada kontribusinya yang signifikan dalam sejarah pergerakan rakyat Bumiayu maupun pembangunan Bumiayu.
Bumiayu sangat layak untuk menjadi kabupaten sendiri. Dari berbagai aspek historis,politik-sosial-budaya-ekonomi dan posisi georafis. Yang menjadi persoalan belum ada tokoh yang negarawan yang memperjuangkan berdirinya kabupaten Bumiayu. Banyak kepentingan kekuasaan yang tarik-ulur berebut peluang kekuasaan seandainya menjadi daerah otonom kabupaten Bumiayu.
Wacana Pembentukan Kabupaten Bumiayu
Saat ini tengah berkembang wacana pembentukan Kabupaten Bumiayu, lepas dari Kabupaten Brebes. Secara geografis, kawasan selatan Kabupaten Brebes cukup jauh dari ibukota kabupaten. Secara kultural pun, dialek Bumiayu cukup berbeda dengan dialek Tegal yang dituturkan di bagian utara Kabupaten Brebes. Bahkan sebagian masyarakat asli menganggap dirinya kelahiran "Bumiayu" ketimbang "Kabupaten Brebes".
Catatan:
Sekilas Tentang Bumiayu
Bumiayu adalah sebuah nama kecamatan diwilayah kabupaten Brebes bagian selatan yang terletak ditengah-tengah antara kota Tegal dan Puwokerto, Bumiayu merupakan wilayah pegunungan yang berbukit-bukit karena lokasinya yang berada di kaki gunung slamet sehingga dibeberapa tempat diwilayah Bumiayu masih memiliki hawa yang sejuk dan udara yang segar.
Lokasi wisata didaerah Bumiayu diantaranya pemandian air panas Buaran, pemandian air panas Pakujati di Paguyangan, wisata kebun teh, telaga ranjeng, dan goa jepang di Kaligua serta waduk penjalin di Patuguran, sedangkan obyek wisata lainnya yang dekat dengan wilayah Bumiayu adalah obyek wisata Guci Tegal dan Baturraden di Purwokerto.
Wisata kuliner yang makyus diBumiayu, karena khas Bumiayu mungkin orang dengernya aneh tapi memang itulah keadaannya seperti mendoan tempe/dage, cimplung (rebusan ubi/singkong/kelapa muda di air nira kelapa pada saat pembuatan gula merah), sogol, opak petis, ondol, kempong, ketan pencok, kupat tahu dan kerupuk rambak. Sedangkan untuk buah-buahan ada durian centre di Kaligadung.
Pada Tahun 2003 Pemerintah kabupaten Brebes telah membangun jalan lingkar Bumiayu sepanjang + 6.5 km yang membentang dari Kaligadung sampai Pagojengan untuk mengurangi kepadatan kendaraan dipusat kota bumiayu, sehingga jalur Tegal – Purwokerto dan sebaliknya bisa dialihkan dan tidak memasuki kota Bumiayu.
Sampai dengan sa’at ini sedang dibangun terminal Bumiayu yang terletak di jalur lingkar Bumiayu tersebut karena terminal lama sudah tidak bisa menampung pertambahan armada angkutan serta untuk mengatasi kemacetan di pertigaan yang terletak di depan terminal lama. (lutvis.wordpress.com)
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Bumiayu,_Brebes
http://lutvis.wordpress.com/bumiayu/
Sumber Gambar:
http://lutvis.wordpress.com/bumiayu/
http://www.semboyan35.com/archive/index.php/thread-108.html
http://lutvis.wordpress.com/bumiayu/
Kapan Kab. Bumiayu terwujud? Dewan Usulkan Brebes Dimekarkan
Pemekaran wilayah Kabupaten Brebes yang pernah menjadi bahan polemik warga Kota Telur Asin itu kini begulir kembali. Setelah 45 anggota Dewan ''piknik'' ke empat kabupaten/kota di wilayah Jabar pada akhir Mei lalu, mereka mengusulkan Brebes untuk dipecah jadi dua daerah.
Ketua Fraksi Amanat Pesatuan Umat (FAPU) dan Wakil Ketua DPRD HM Sunadi Ilham, kemarin mengatakan, wacana pemecahan wilayah Kabupaten Brebes sudah saatnya dilakukan untuk mempercepat perkembangan daerah ini. Beberapa alasan yang mereka kemukakan antara lain, setelah belajar dari Kota Banjar, Jabar, daerah tersebut berkembang begitu cepat dibanding dengan kondisi sebelum pemekaran.
Muhajir mengatakan, Banjar semula wilayah kecamatan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di bawah Rp 3 Miliar. Namun setelah pemekaran berhasil mendongkrak PAD lebih dari perolehan semula. Bahkan, bantuan dana dari Pusat (DAU) yang diterima kini mencapai Rp 100 miliar. Kondisi itu akan bisa diterapkan di Kabupaten Brebes dengan memisahkan wilayah selatan, Bumiayu dan sekitarnya dengan wilayah Brebes utara.
Belajar dari apa yang sudah dicapai Kota Banjar, Muhajir memberikan opsi pemekaran wilayah kabupaten menjadi dua, yakni Kota Brebes dan Kabupaten Bumiayu, atau wilayah Kabupaten Brebes Utara dan Brebes Selatan.
Tentang alasan pembentukan Kota Brebes, lanjut Muhajir, dimaksudkan untuk mengimbangi pertumbuhan Kota Tegal. Adapun pemisahan daerah Brebes selatan dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan beberapa wilayah kecamatan di selatan. ''Kota Banjar pisah dari Kabupaten Ciamis semula satu kecamatan. Kini berkembang jadi tiga kecamatan dengan dana bantuan DAU sampai Rp 100 miliar,'' jelasnya.
Secara terpisah Wakil Ketua DPRD HM Sunadi Ilham mengatakan, usulan pemekaran itu akan dimasukkan dalam memori studi banding yang akan disusun oleh tim penyusun hasil studi banding. ''Kita semua mau lengser, tapi kita juga ingin memberikan masukan kepada teman-teman anggota Dewan yang baru tentang pemekaran kabupaten.''
Ketika ditanyakan soal keberadaannya dulu sebagai salah seorang penentang pemekaran, Muhajir mengatakan, karena dulu dia belum mengetahui secara persis daerah lain yang sudag dimekarkan. Kini setelah tahu keberhasilan Banjar, dia bertekad akan terus memperjuangkan masalah ini. Satu hal lagi, untuk mewujudkan pemekaran, para penggagas perlu bertemu kembali untuk membicarakan persoalan ini.( wh-17n)
Sumber :
Harian Suara Merdeka, dalam:
http://groups.yahoo.com/group/brebes/message/1140, 2 Juni 2004
18 Juni 2010
Ketua Fraksi Amanat Pesatuan Umat (FAPU) dan Wakil Ketua DPRD HM Sunadi Ilham, kemarin mengatakan, wacana pemecahan wilayah Kabupaten Brebes sudah saatnya dilakukan untuk mempercepat perkembangan daerah ini. Beberapa alasan yang mereka kemukakan antara lain, setelah belajar dari Kota Banjar, Jabar, daerah tersebut berkembang begitu cepat dibanding dengan kondisi sebelum pemekaran.
Muhajir mengatakan, Banjar semula wilayah kecamatan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di bawah Rp 3 Miliar. Namun setelah pemekaran berhasil mendongkrak PAD lebih dari perolehan semula. Bahkan, bantuan dana dari Pusat (DAU) yang diterima kini mencapai Rp 100 miliar. Kondisi itu akan bisa diterapkan di Kabupaten Brebes dengan memisahkan wilayah selatan, Bumiayu dan sekitarnya dengan wilayah Brebes utara.
Belajar dari apa yang sudah dicapai Kota Banjar, Muhajir memberikan opsi pemekaran wilayah kabupaten menjadi dua, yakni Kota Brebes dan Kabupaten Bumiayu, atau wilayah Kabupaten Brebes Utara dan Brebes Selatan.
Tentang alasan pembentukan Kota Brebes, lanjut Muhajir, dimaksudkan untuk mengimbangi pertumbuhan Kota Tegal. Adapun pemisahan daerah Brebes selatan dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan beberapa wilayah kecamatan di selatan. ''Kota Banjar pisah dari Kabupaten Ciamis semula satu kecamatan. Kini berkembang jadi tiga kecamatan dengan dana bantuan DAU sampai Rp 100 miliar,'' jelasnya.
Secara terpisah Wakil Ketua DPRD HM Sunadi Ilham mengatakan, usulan pemekaran itu akan dimasukkan dalam memori studi banding yang akan disusun oleh tim penyusun hasil studi banding. ''Kita semua mau lengser, tapi kita juga ingin memberikan masukan kepada teman-teman anggota Dewan yang baru tentang pemekaran kabupaten.''
Ketika ditanyakan soal keberadaannya dulu sebagai salah seorang penentang pemekaran, Muhajir mengatakan, karena dulu dia belum mengetahui secara persis daerah lain yang sudag dimekarkan. Kini setelah tahu keberhasilan Banjar, dia bertekad akan terus memperjuangkan masalah ini. Satu hal lagi, untuk mewujudkan pemekaran, para penggagas perlu bertemu kembali untuk membicarakan persoalan ini.( wh-17n)
Sumber :
Harian Suara Merdeka, dalam:
http://groups.yahoo.com/group/brebes/message/1140, 2 Juni 2004
18 Juni 2010
Asal Usul Brebes
Memang ana cerita- cerita sing nyeritakna anane aran-aran desa tertentu ning sajerone wilayah Kabupaten Brebes. Misale cerita soal desa Padasugih, Wangandalem, Gandasuli, Pasarbatang, Kersana, Ketanggungan lan liya-liyane. Tapi kuwe kabeh mung cerita-cerita dopokan. Laka data sing bisa go didadikna bahan go penulisan sejarah lokal. Yen saiki ana wong-wong sing kaur nyalin cerita-cerita rakyat kuwe ning bentuk tulisan, hasile ya mung salinan thok, sing tetep ora bisa didadikna go data penulisan sejarah.
Salah siji cerita apik soal laire kota Brebes justru ana ning Serat Kanda edisi Brandes. Jare cerita kiye, sawise Kerajan Majapahit ngadeg lan Raden Susuruh dinobatna dadi raja ning kerajaan anyar kuwe nganggo aran Brawijaya sing kedadiyane ning taun 1221 Saka nganggo candra sengkala Sela-Mungal-Katon-Tunggal (atawa tahun 1299 Masehi), raja Brawijaya terus ngangkat Wirun dadi pepatih nganggo aran juluk Adipati Wirun, Nambi dadi tumenggung lan Reksapura dadi wedana jero. Raja Brawijaya teruse njukut bojo sing mesih ana ning Galuh lan mbantu sedulure, Arya Bangah, ning perange nglawan Ciyung Wanara. Tapi ning perang kuwe Arya Bangah kalah, terus mlayu ning Lebaksiu.
Negara Galuh kebakar, Arya Bangah dusir sampe Tugu, sing ning kono pasukan Majapahit wis teka go nein bantuan. Arya Bangah ngerahna wong-wong Wetan. Sing akhire balik maning (waca: terdesak) sing kulon maring wetan. Ning pereke kali sing lantarane peristiwa kuwe darani kali Pemali, pada perangan maning.
Tempat perang kuwe darani Brebes. Ciyung Wanara balik ning negarane. Arya Bangah lunga ning Majapahit, ninggalna pasukan goning pimpinane Reksapura. Raja Brawijaya terus ngangkat dheweke dadi wedana (bupati) sing ditempatna ning Tuban. Anak wadone Arya Bangah, Citrawati, kawin karo Kumara. […] Kumara ngrebut telung negara jajahane Pajajaran. Sawise kuwe gabung karo Reksapura, lunga ning Sumedang. Sing kono mereka lunga ning Galuh. Dandang Wiring naklukna Dermayu (Indramayu). Wahas (anake Wirun), naklukna Banyumas, Magelang, Prabalingga (Purbalingga) karo Caracap (Cilacap). Negara Sokapura ya bisa ditaklukna. Kumara bisa ngrebut Bandung karo Sumedang. Ciyung Wanara nyerah. Dheweke merdekakna Dipati Jayasudarga, mertuane Raja Brawijaya, lan ngirimna utusan maring Kumara. Nuruti jejalukane, Ciyung Wanara danterna ning Majapahit. Kuwe sing akhire kerajaan Pajajaran bubar taun 1223 Saka nggo candra sengkala Guna-Kalih-Tinggal-Kaji.
Teruse Ciyung Wanara dangkat dadi bupati agung go wilayah Jawa Barat anjoge kali Pemali. Ning karyane, The History of Java (1817), Raffles ya nyritakna siji cerita sejen sing inti pokoke pada. Ning cerita kuwe ora disinggung soal kedadiyane daerah Brebes. Dening kajian sejarah, inti pokok cerita kuwe dhewek memang bener. Sing kaya wis dajukna Prof. Hosein Djajadiningrat ning Sastrakantanya, Kerajaan Majapahit ngadeg mulai kwartal ketelu abad XIII sampe kurang luwih taun 1518 sementara kerajaan Pajajaran mulai taun 1433/1434 sampe kemungkinan taun 1579. Sing dadine, ya ora mungkin dong darani yen Kerajaan Majapahit kuwe hasil pemisahan sing Kerajaan Pajajaran.
Tapi kaya kuwe, ora bisa diabaekna soal kemungkinan yen Brebes wis ana sajege jaman Hindu. Dugaan kiye bisa dajukna lantaran kenyataan, yen ning daerah Kabupaten Brebes akeh ditemoni barang-barang tinggalan sing jaman Hindu. Barang-barang kuwe ditemukna ning pirang-pirang kawasan antarane kawasan Kawedanan Brebes. Ning kawasan kene pernah ditemokna barang-barang kuna ya kuwe patang iji gong sing Desa Slarang karo siji ali-ali emas sing Desa Karangmangu. Ali-ali kiye duwe plat meterei bentuke bunder hiasane garis-garis mlengkung sing katone kaya ula loro endase loro. Ali-ali kiye, sing ditemokna ning jerone lemah, saiki disimpen ning Museum Nasional Jakarta.
Dijukut & dialihbasakna sing situs Pemda Kabupaten Brebes dening Usman Didi Khamdani
Sumber :
http://brebes.net/index.php?option=com_content&task=view&id=10&Itemid=25
Salah siji cerita apik soal laire kota Brebes justru ana ning Serat Kanda edisi Brandes. Jare cerita kiye, sawise Kerajan Majapahit ngadeg lan Raden Susuruh dinobatna dadi raja ning kerajaan anyar kuwe nganggo aran Brawijaya sing kedadiyane ning taun 1221 Saka nganggo candra sengkala Sela-Mungal-Katon-Tunggal (atawa tahun 1299 Masehi), raja Brawijaya terus ngangkat Wirun dadi pepatih nganggo aran juluk Adipati Wirun, Nambi dadi tumenggung lan Reksapura dadi wedana jero. Raja Brawijaya teruse njukut bojo sing mesih ana ning Galuh lan mbantu sedulure, Arya Bangah, ning perange nglawan Ciyung Wanara. Tapi ning perang kuwe Arya Bangah kalah, terus mlayu ning Lebaksiu.
Negara Galuh kebakar, Arya Bangah dusir sampe Tugu, sing ning kono pasukan Majapahit wis teka go nein bantuan. Arya Bangah ngerahna wong-wong Wetan. Sing akhire balik maning (waca: terdesak) sing kulon maring wetan. Ning pereke kali sing lantarane peristiwa kuwe darani kali Pemali, pada perangan maning.
Tempat perang kuwe darani Brebes. Ciyung Wanara balik ning negarane. Arya Bangah lunga ning Majapahit, ninggalna pasukan goning pimpinane Reksapura. Raja Brawijaya terus ngangkat dheweke dadi wedana (bupati) sing ditempatna ning Tuban. Anak wadone Arya Bangah, Citrawati, kawin karo Kumara. […] Kumara ngrebut telung negara jajahane Pajajaran. Sawise kuwe gabung karo Reksapura, lunga ning Sumedang. Sing kono mereka lunga ning Galuh. Dandang Wiring naklukna Dermayu (Indramayu). Wahas (anake Wirun), naklukna Banyumas, Magelang, Prabalingga (Purbalingga) karo Caracap (Cilacap). Negara Sokapura ya bisa ditaklukna. Kumara bisa ngrebut Bandung karo Sumedang. Ciyung Wanara nyerah. Dheweke merdekakna Dipati Jayasudarga, mertuane Raja Brawijaya, lan ngirimna utusan maring Kumara. Nuruti jejalukane, Ciyung Wanara danterna ning Majapahit. Kuwe sing akhire kerajaan Pajajaran bubar taun 1223 Saka nggo candra sengkala Guna-Kalih-Tinggal-Kaji.
Teruse Ciyung Wanara dangkat dadi bupati agung go wilayah Jawa Barat anjoge kali Pemali. Ning karyane, The History of Java (1817), Raffles ya nyritakna siji cerita sejen sing inti pokoke pada. Ning cerita kuwe ora disinggung soal kedadiyane daerah Brebes. Dening kajian sejarah, inti pokok cerita kuwe dhewek memang bener. Sing kaya wis dajukna Prof. Hosein Djajadiningrat ning Sastrakantanya, Kerajaan Majapahit ngadeg mulai kwartal ketelu abad XIII sampe kurang luwih taun 1518 sementara kerajaan Pajajaran mulai taun 1433/1434 sampe kemungkinan taun 1579. Sing dadine, ya ora mungkin dong darani yen Kerajaan Majapahit kuwe hasil pemisahan sing Kerajaan Pajajaran.
Tapi kaya kuwe, ora bisa diabaekna soal kemungkinan yen Brebes wis ana sajege jaman Hindu. Dugaan kiye bisa dajukna lantaran kenyataan, yen ning daerah Kabupaten Brebes akeh ditemoni barang-barang tinggalan sing jaman Hindu. Barang-barang kuwe ditemukna ning pirang-pirang kawasan antarane kawasan Kawedanan Brebes. Ning kawasan kene pernah ditemokna barang-barang kuna ya kuwe patang iji gong sing Desa Slarang karo siji ali-ali emas sing Desa Karangmangu. Ali-ali kiye duwe plat meterei bentuke bunder hiasane garis-garis mlengkung sing katone kaya ula loro endase loro. Ali-ali kiye, sing ditemokna ning jerone lemah, saiki disimpen ning Museum Nasional Jakarta.
Dijukut & dialihbasakna sing situs Pemda Kabupaten Brebes dening Usman Didi Khamdani
Sumber :
http://brebes.net/index.php?option=com_content&task=view&id=10&Itemid=25
Proyek Jalingkut Brebes-Tegal Mulai Dikerjakan - Sempat Tertunda Delapan Tahun
Pembangunan proyek jalan lingkar utara (Jalingkut) Brebes-Tegal sepanjang sekitar 18 Km kini mulai dikerjakan. Proyek senilai Rp 190 miliar itu sebelumnya sempat tertunda sekitar delapan tahun.
Rencana awal pekerjaan fisik Jalingkut akan dilakanakan tahun 2002 lalu, tetapi baru bisa terialisasi tahun ini.
Pantauan Suara Merdeka di lapangan, pekerjaan Jalingkut mulai dilaksanakan dari titik nol di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari. Dua alat berat terlihat beraktivitas membuka dan meratakan lahan persawahan yang akan dipakai untuk jalan.
Petugas Operator Alat Berat Proyek Jalingkut Brebes-Tegal, Supri mengatakan, pekerjaan berupa pembukaan lahan dan perataan itu sudah dimulai seminggu lalu. Untuk sementara baru dua alat berat yang didatangkan. Pihaknya kini masih menunggu beberapa alat berat lagi yang akan digunakan untuk membuka dan meratakan lahan tersebut. "Kami sudah seminggu ini melakukan pekerjaan pembukaan lahan Jalingkut," katanya.
Kepala Bappeda Pemkab Brebes Ir Joko Gunawan MT mengatakan, total anggaran bagi pembangunan Jalingkut Brebes-Tegal sekitar Rp 190 miliar yang bersumber dari APBN. Pembangunan itu direncanakan selama dua tahun.
Adanya Jalingkut itu diharapakan akan muncul pemerataan pembangunan kota, terutama ke arah utara. Selain itu, menumbuhkan roda perekonomian masyarakat. Sebab, adanya akses jalan baru nantinya bisa muncul titik-titik keramaian kota. "Total panjangnya sekitar 18 km. Yakni, mulai dari Desa Klampok, Kecamatan Bulakamba, Brebes hingga Kota Tegal," ujarnya.
Disinggung masalah tertundanya proyek tersebut, Joko Gunawan mengaku, tidak bisa berkomentar karena bukan menjadi kewenangannya. "Kalau masalah itu saya tidak bisa menjawab," katanya singkat.
(Bayu Setiawan /CN13)
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/06/15/56997/Proyek-Jalingkut-Brebes-Tegal-Mulai-Dikerjakan
18 Juni 2010
Rencana awal pekerjaan fisik Jalingkut akan dilakanakan tahun 2002 lalu, tetapi baru bisa terialisasi tahun ini.
Pantauan Suara Merdeka di lapangan, pekerjaan Jalingkut mulai dilaksanakan dari titik nol di Desa Klampok, Kecamatan Wanasari. Dua alat berat terlihat beraktivitas membuka dan meratakan lahan persawahan yang akan dipakai untuk jalan.
Petugas Operator Alat Berat Proyek Jalingkut Brebes-Tegal, Supri mengatakan, pekerjaan berupa pembukaan lahan dan perataan itu sudah dimulai seminggu lalu. Untuk sementara baru dua alat berat yang didatangkan. Pihaknya kini masih menunggu beberapa alat berat lagi yang akan digunakan untuk membuka dan meratakan lahan tersebut. "Kami sudah seminggu ini melakukan pekerjaan pembukaan lahan Jalingkut," katanya.
Kepala Bappeda Pemkab Brebes Ir Joko Gunawan MT mengatakan, total anggaran bagi pembangunan Jalingkut Brebes-Tegal sekitar Rp 190 miliar yang bersumber dari APBN. Pembangunan itu direncanakan selama dua tahun.
Adanya Jalingkut itu diharapakan akan muncul pemerataan pembangunan kota, terutama ke arah utara. Selain itu, menumbuhkan roda perekonomian masyarakat. Sebab, adanya akses jalan baru nantinya bisa muncul titik-titik keramaian kota. "Total panjangnya sekitar 18 km. Yakni, mulai dari Desa Klampok, Kecamatan Bulakamba, Brebes hingga Kota Tegal," ujarnya.
Disinggung masalah tertundanya proyek tersebut, Joko Gunawan mengaku, tidak bisa berkomentar karena bukan menjadi kewenangannya. "Kalau masalah itu saya tidak bisa menjawab," katanya singkat.
(Bayu Setiawan /CN13)
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/06/15/56997/Proyek-Jalingkut-Brebes-Tegal-Mulai-Dikerjakan
18 Juni 2010
Wisata Kabupaten Brebes
Kabupaten ini selalu dikaitkan dengan komoditas bawang merah dan telur asin. Memang Brebes merupakan pemasok utama kedua komoditas tersebut ke seluruh pelosok Nusantara dan tak jarang pengun- jung yang melintas ke kota Brebes, membeli produk ini sebabuah tangan.
Kabupaten Brebes memiliki beberapa tujuan wisata yang cukup menarik, beberapa diantaranya adalah :
1. Pantai Randusanga Indah
Berlokasi di Randusanga Kulon, Kecamatan Brebes yakni sekitar 7 km dari jalan raya Pantura kota Brebes. Di sepanjang jalan menuju pantai Randusanga akan banyak ditemui perkebunan bawang merah yang terhampar luas, sedangkan mendekati lokasi pantai, akan banyak di temui tambak- tambak yang umumnya di-gunakan untuk budidaya bandeng dan rumput laut.
Di lokasi pantainya sendiri akan di-jumpai panorarama pantai yang masih alami disertai fasilitas mainan anak, mandi laut, panggung gembira, arena balap motor (grass track), camping ground, kafe dan rumah makan khas ikan laut bakar serta kios-kios yang menjual oleh-oleh khas Brebes berupa telur asin dan ba- wang merah. Menjelang senja hari, para pengunjung dapat menikmati indah- nya panorama terbenamnya matahari di cakrawala pantai Randu- sanga.
2. Waduk Malahayu
Obyek wisata ini terletak di desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, kurang lebih 6 Km dari Banjarharjo atau sekitar 17 Km dari pertigaan Tanjung di lintas Pantura. Waduk ini dibangun pada tahun 1930 oleh Belanda dengan luas sekitar 944 hektar. Obyek wisata ini dikelilingi dengan panorama alam pegunungan dan hutan jati yang luas yang bisa digunakan sebagai bumi perkemahan atau wana wisata. Di sekitar waduk juga terdapat rumah makan sederhana dengan hidangan khas ikan mujair goreng yang diperoleh dari waduk. Pengunjung bisa menikmati hidangan ini sambil merasakan semilirnya angin dan panorama waduk. Konon ada mitos yang hidup di kalangan masyarakat di sekitar waduk yakni pasangan pengantin baru sebaiknya cuci muka menggunakan air waduk.
Hal ini dipercaya bisa membuat mahligai rumahtangganya jadi langgeng. Oleh sebab itu, setiap kali ada pengantin baru, mesti menyisihkan waktu untuk mengunjungi waduk. Uniknya kunjungan tersebut dilakukan dengan menggunakan pakaian pengantin lengkap diiringi dengan puluhan bahkan ratusan pengiring. Upacara ini disamping dipercaya untuk kelanggengan pasangan pengantin juga sebagai upacara tolak bala. Fasilitas yang tersedia di sana antara lain adalah kolam renang anak, tempat bermain anak, perahu becak, perahu pesiar, panggung terbuka dan tempat parkir yang cukup luas. Setiap hari raya Idul Fitri, ada acara Pekan Wisata Idul Fitri yang diantaranya diisi dengan musik dangdut. Pada momen-momen tertentu juga ada acara balap perahu, lomba mancing dan lain-lain.
3. Agrowisata
Agrowisata ini berupa perkebunan teh Kaligua milik PTP Nusantara IX yang luasnya sekitar 779 hektar. Terletak di lereng Gunung Slamet pada ketinggian 1.500 meter dari permukaan air laut. Lokasi tepatnya adalah di Dusun Kaligua, Desa Pandansari,Kecamatan Paguyangan, Brebes. Kebun teh Kaligua didirikan pada tahun 1899 oleh Cultuure Ondeneming di negeri Belanda. Untuk perwakilan Indonesia ditunjuk Fan John Pletnu & Co yang berkedudukan di Jakarta. Pada tahun 1942, per-kebunan ini diambil alih oleh Jepang, maka tidak heran jika di sekitar loka lsi terdapat goa Jepang, tepatnya di blok Sirah 1 yang berjarak sekitar 1 km dari kantor Pusat Kebun Kaligua. Produk perkebunan teh Kaligua berupa teh hitam yang 90%nya diekspor dan 10% nya untuk pasar lokal. Lokasi wisata ini tepat sekali untuk tempat beristirahat melepas lelah atau bersama keluarga berjalan-jalan di sekitar kebun menikmati udara pegunungan yang segar dan bebas polusi
Makanan Khas Brebes :
1. Telur asin
Telur asin Brebes sangat terkenal khususnya di pulau Jawa. Dibuat dari telur itik yang dibubuhi arang merangyang telah diberi garam. Setelah beberapa hari, garam akan meresap melalui dinding kulit telur. Ada dua macam telur asin sesuai dengan cara prosesnya, yakni telur asin yang dimasak dengan cara di panggang dan telur asin yang direbus. Telur asin panggang lebih mahal dan lebih tahan lama. Produk telur asin ini bisa didapatkan di sepanjang jalur Pantura di kota Brebes.
2. Tape ketan daun jambu
Tape yang terbuat dari beras ketan (biasanya berwarna hijau) dan dikemas dengan menggunakan daun jambu, sehingga menambah aroma dan rasa.
3. Teh Poci Wasgitel
Wasgitel adalah kependekan dari wangi, sepet, legi dan kentel. Ini adalah minuman khas Kabupaten Brebes dan Tegal dimana penyajiannya denga menggunakan poci dan cangkir yang terbuat dari tanah liat. Dihidangkan dalam keadaan panas dengan pemanis berupa gula batu.
4. Sate Blengong
Sate ini terbuat dari daging blengong (sejenis itik) yang biasanya dimakan dengan ketupat.
5. Nasi Lengko
Paket sarapan pagi yang terdiri dari nasi, Ketimun, tahu, tauge, emping, sambal kacang dan kecap.
Sumber:
http://www.sapta-mitra-pantura.com/index.php?option=com_content&task=view&id=59
18 Juni 2010
Potensi Sumber Panas Bumi Di Kab Brebes
Sumber daya panas bumi yang terkandung dalam bumi Kabupaten Brebes sudah seyogyanya dimanfaatkan untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Kabupaten Brebes. Dengan pemanfaatan teknologi canggih bantuan satelit, sumber daya alam disuatu daerah bisa dideteksi secara detail, demikian juga halnya dengan kandungan sumber daya alam dan energi di wilayah Kabupaten Brebes. Seperti yang dilakukan oleh PT. Trienergy Jakarta yang meneliti kandungan sumber panas bumi di wilayah sekitar gunung Slamet yang menurut hasil penelitian didapat potensi sumber daya panas bumi yang cukup besar untuk pembangkit tenaga listrik. Potensi panas bumi yang terkandung di wilayah gunung Slamet ini bisa menghasilkan tenaga listrik 175 megawatt dengan luas wilayah 20,410 hektar yang akan membantu jaringan listrik Jawa-Bali.
Pemaparan hasil penelitian potensi panas bumi di wilayah Kabupaten Brebes ini disampaikan dihadapan Wakil Bupati H. Agung Widyantoro, SH. Msi beserta perwakilan DPRD, kepala SKPD dan perwakilan Camat di Kabupaten Brebes di aula Kantor Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Brebes, Selasa (20/4) oleh PT. Trienergy Jakarta. Potensi panas bumi yang terkandung di gunung Slamet dibawah kawasan hutan lindung yang masuk wilayah Kabupaten Brebes, Tegal, Banyumas, Pemalang dan Purbalingga ini memiliki daerah patahan bumi yang menyerap air masuk kedalam bumi. Diantara ke lima wilayah tersebut, yang memiliki potensi energi panas bumi terbesar adalah wialyah Kabupaten Brebes.
Wakil Bupati Brebes H. Agung Widyantoro, SH. Msi mewakili Pemerintah Kabupaten Brebes mendukung penuh upaya pemanfaatan sumber daya panas bumi di wilayah Brebes untuk kesejahteraan masyarakat. “Kebijakan Pemerintah Daerah harus bermuara pada kesejahteraan rakyat,” pungkasnya. Optimisme Pemkab Brebes untuk dapat memanfaatkan sumber panas bumi ini diungkapkan Wakil Bupati karena Brebes diundang dalam pembahasan finalisasi peraturan wialyah pertambangan oleh kementrian energi dan sumber daya mineral.
Untuk mendukung pemanfaatan sumber daya panas bumi ini, Pemkab Brebes bersama DPRD, Dinas Kehutanan dan pihak terkait lainnya akan segera membahas dalam rancangan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Brebes.
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik nasional, seluruh darah potensial panas bumi harus segera dikembangkan, salah satu daerah tersebut ialah Baturaden, Banyumas, Jawa Tengah yang mempunyai potensi cadangan terduga 185 Megawatt. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam hal ini menerbitkan Surat Keputusan Nomor: 0129 K/30/MEM/2008 tentang penugasan Survey Pendahuluan Panas Bumi kepada PT. Trienergy Jakarta di daerah Baturaden mulai 1 Februari 2008.
Berdasarkan Peta Informasi Wilayah Penugasan, secara adiministratif terletak pada wilayah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Purbalingga. Adapun dilihat secara geografis berada pada koordinat 70 7’ 25.82820472” - 70 22’ 35.4909” LS dan 1090 19’ 18.59304 BT atau koordinat X=279,186.98 – 314,771.32 mT dan Y= 9,184,278.89 – 9,212,075.45 mU (UTM WGS 84 Zona 49 Southern) dengan luas area penyelidikan sekitar 28 x 35 km2.
Hasil survey geologi dan interpretasi foto udara didapatkan siklus erupsi dicirikan oleh pergantian antara dominasi erupsi pusat dan minor erupsi samping Gunung Slamet Tua maupun Gunung Slamet Muda. Siklus erupsi termuda berada di kawah utama (kawah pusat) Gunung Slamet sekarang ini. Karena itu, letak sumber panas diarea prospek panas bumi Baturaden – Gunung Slamet, diperkirakan berupa tubuh magma (batholite atau stock) yang berdimensi besar di bawah kawah utama (kawah pusat) Gunung Slamet.
Struktur sesar yang mengontrol sistem panas bumi Baturaden – Gunung Slamet terdiri dari suatu sesar normal utama dan tiga besar sesar mendatar normal. Zona reservoir diperkirakan terletak pada batuan vulkanik Slamet Tua (dan unknown volcanic rocks) berpermeabilitas tinggi pada kedalaman 1500 m di bawah permukaan.
Sementara hasil survey geologi dan foto udara didapatkan daerah panas bumi Baturaden dan sekitarnya dibagi menjadi 4 sistem akifer yaitu: 1). Sistem akifer dengan aliran melalui raung antar butir, 2). Sistem akifer dengan alira melalui rekahan dan ruang antar butir, 3). Sistem akifer denganaliran melalui channel, dan 4). Sistem akifer dengan aliran melalui media pori. Daerah imbuhan (recharge area) pada sistem panas bumi Baturaden – Gunung Slamet terutama menempati sistem akifer dengan aliran melalui ruang antar butir (debit 10 liter/detik) dan sistem akifer dengan melalui rekahan dan ruang antar butir (5-10 liter/detik). (KontributorHumas Brebes).
Sumber:
http://www.jatengprov.go.id/?mid=wartadaera&category=4242&document_srl=5909
18 Juni 2010
Pemaparan hasil penelitian potensi panas bumi di wilayah Kabupaten Brebes ini disampaikan dihadapan Wakil Bupati H. Agung Widyantoro, SH. Msi beserta perwakilan DPRD, kepala SKPD dan perwakilan Camat di Kabupaten Brebes di aula Kantor Dinas Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Brebes, Selasa (20/4) oleh PT. Trienergy Jakarta. Potensi panas bumi yang terkandung di gunung Slamet dibawah kawasan hutan lindung yang masuk wilayah Kabupaten Brebes, Tegal, Banyumas, Pemalang dan Purbalingga ini memiliki daerah patahan bumi yang menyerap air masuk kedalam bumi. Diantara ke lima wilayah tersebut, yang memiliki potensi energi panas bumi terbesar adalah wialyah Kabupaten Brebes.
Wakil Bupati Brebes H. Agung Widyantoro, SH. Msi mewakili Pemerintah Kabupaten Brebes mendukung penuh upaya pemanfaatan sumber daya panas bumi di wilayah Brebes untuk kesejahteraan masyarakat. “Kebijakan Pemerintah Daerah harus bermuara pada kesejahteraan rakyat,” pungkasnya. Optimisme Pemkab Brebes untuk dapat memanfaatkan sumber panas bumi ini diungkapkan Wakil Bupati karena Brebes diundang dalam pembahasan finalisasi peraturan wialyah pertambangan oleh kementrian energi dan sumber daya mineral.
Untuk mendukung pemanfaatan sumber daya panas bumi ini, Pemkab Brebes bersama DPRD, Dinas Kehutanan dan pihak terkait lainnya akan segera membahas dalam rancangan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Brebes.
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik nasional, seluruh darah potensial panas bumi harus segera dikembangkan, salah satu daerah tersebut ialah Baturaden, Banyumas, Jawa Tengah yang mempunyai potensi cadangan terduga 185 Megawatt. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam hal ini menerbitkan Surat Keputusan Nomor: 0129 K/30/MEM/2008 tentang penugasan Survey Pendahuluan Panas Bumi kepada PT. Trienergy Jakarta di daerah Baturaden mulai 1 Februari 2008.
Berdasarkan Peta Informasi Wilayah Penugasan, secara adiministratif terletak pada wilayah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pemalang dan Kabupaten Purbalingga. Adapun dilihat secara geografis berada pada koordinat 70 7’ 25.82820472” - 70 22’ 35.4909” LS dan 1090 19’ 18.59304 BT atau koordinat X=279,186.98 – 314,771.32 mT dan Y= 9,184,278.89 – 9,212,075.45 mU (UTM WGS 84 Zona 49 Southern) dengan luas area penyelidikan sekitar 28 x 35 km2.
Hasil survey geologi dan interpretasi foto udara didapatkan siklus erupsi dicirikan oleh pergantian antara dominasi erupsi pusat dan minor erupsi samping Gunung Slamet Tua maupun Gunung Slamet Muda. Siklus erupsi termuda berada di kawah utama (kawah pusat) Gunung Slamet sekarang ini. Karena itu, letak sumber panas diarea prospek panas bumi Baturaden – Gunung Slamet, diperkirakan berupa tubuh magma (batholite atau stock) yang berdimensi besar di bawah kawah utama (kawah pusat) Gunung Slamet.
Struktur sesar yang mengontrol sistem panas bumi Baturaden – Gunung Slamet terdiri dari suatu sesar normal utama dan tiga besar sesar mendatar normal. Zona reservoir diperkirakan terletak pada batuan vulkanik Slamet Tua (dan unknown volcanic rocks) berpermeabilitas tinggi pada kedalaman 1500 m di bawah permukaan.
Sementara hasil survey geologi dan foto udara didapatkan daerah panas bumi Baturaden dan sekitarnya dibagi menjadi 4 sistem akifer yaitu: 1). Sistem akifer dengan aliran melalui raung antar butir, 2). Sistem akifer dengan alira melalui rekahan dan ruang antar butir, 3). Sistem akifer denganaliran melalui channel, dan 4). Sistem akifer dengan aliran melalui media pori. Daerah imbuhan (recharge area) pada sistem panas bumi Baturaden – Gunung Slamet terutama menempati sistem akifer dengan aliran melalui ruang antar butir (debit 10 liter/detik) dan sistem akifer dengan melalui rekahan dan ruang antar butir (5-10 liter/detik). (KontributorHumas Brebes).
Sumber:
http://www.jatengprov.go.id/?mid=wartadaera&category=4242&document_srl=5909
18 Juni 2010
Telur Asin, Oleh-oleh Khas Brebes
etiap hari, ratusan telor dihasilkan dari peternakan bebek Adem Ayem milik Darmojo di daerah Brebes, Jawa Tengah. Hasilnya cukup banyak, lebih dari 1.000 telur. Kepada Liputan 6 SCTV, Selasa (18/5), Darmojo mengaku sebagian telur dijual ke pedagang dan sisanya dibuat telur asin.
Darmojo sengaja menyisakan sebagian untuk dibuat telur asin yang dipesan pelanggan tetapnya dari Jakarta. Agar telurnya enak, pengasinan menggunakan bata merah yang ditumbuk serta diberi garam. Supaya balutan bubur batu bata tidak retak, ditaburi abu sekam. Darmojo pun menjamin telor asin bikinannya enak.
Selain ternakan, ada juga bebek pangon, yaitu bebek yang hidupnya dilepas tidak di kandang. Bebek-bebek ini dibiarkan mencari makanan sendiri di sungai maupun sawah. Sesekali pemilik bebek memberi tambahan makanan berupa dedak yang ditambah campuran ikan cincang. Biasanya, bebek pangon hanya berkisar puluhan hingga seratusan saja. Namun, telur dari bebek ini berwarna lebih kuning dan mahal.
Di Brebes, Anda bisa memilih telur asin yang rebus atau panggang. Mau yang pangon atau ternakan. Kebanyakan pembeli maunya yang pangon karena warnanya kuning dan masing.(BOG)
Sumber:
Sugiartono dan Anambo Tono
http://berita.liputan6.com/daerah/201005/277650/Telur.Asin.Oleh.oleh.Khas.Brebes
18 Juni 2010
Mencari Ciri Khas Batik Brebes
SELAMA ini, pembicaraan mengenai batik di wilayah pantura barat Jawa Tengah selalu mengait dengan Pekalongan yang telah memiliki kluster pengembangan industri batik. Padahal selama ini ada Kota Tegal dan Kabupaten Brebes yang berpotensi sebagai sentra batik di kawasan yang sama.
Dari 17 kecamatan di Kabupaten Brebes, sentra perajin batik hanya terdapat di Kecamatan Salem. Itupun terpusat di 2 desa yakni Bentar dan Bentarsari. Berdasarkan catatan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes, di daerah itu ada sedikitnya 200 perajin batik.
Memang muncul pertanyaan kenapa wilayah Salem yang menjadi sentra industri batik. Secara geografis kecamatan itu berada di Brebes selatan dan yang dikembangkan lebih mencerminkan motif batik pedalaman dibandingkan batik pesisiran. Walaupun berdasarkan kajian Masiswo (2009) ciri khas batik Salem banyak dipengaruhi oleh batik Pekalongan (dari pola buketan), batik Surakarta/ Yogyakarta (dari pewarnaan, bentuk pola, dan pilihan motif), batik Tegal (dari pewarnaan soga), dan batik Banyumas (pewarnaan soga).
Pewarnaan batik Salem didominasi warna hitam, cokelat, dan putih dengan motif pada mulanya kopi pecah, manggar, dan ukel. selain motif klasik seperti sidomukti, plataran ukel baris dengan teknologi bedesan. Walaupun kini perajin sudah menggunakan motif baru seperti bawang merah (brambang abang) dan bebek yang disebut itik bawang.
Tak ada bukti tertulis yang menguatkan perkenalan historis masyarakat Salem dengan tradisi budaya batik. Namun terdapat beberapa simpul yang menjadi pintu pembuka perkenalan batik di wilayah Salem. Simpul peristiwa pertama adalah pernikahan putri pejabat Pekalongan dengan pemuda setempat tahun 1917. Putri inilah yang diduga mengajarkan seni membatik tulis pada masyarakat. Sumber ini merupakan sumber lisan yang dipercaya sebagian perajin batik Salem.
Simpul peristiwa kedua, adalah pernikahan pedagang batik Pekalongan dengan gadis setempat. Ini terjadi pada revolusi fisik yang membuat sang pedagang mengungsi hingga ke Salem. Dan memang di Salem pernah menjadi wilayah pengungsian Kabupaten Brebes. Bahkan pemerintahan Republiken Kabupaten Brebes berdiri di Ciputih, Salem. Namun sumber ini pun bersifat lisan.
Satu-satunya simpul peristiwa yang tertulis adalah kunjungan dinas (tournee) Bupati Brebes, Raden Arya Tjandranegara pada November 1882 ke daerah Gunung Segara dan Pengarasan. Hasil kunjungan Bupati dibuat dalam artikel yang dimuat dalam Tijdchraft voor Indische Taal Land en Volkunkunde edisi XXIX tahun 1884.
Kemungkinan inilah yang bisa dilacak dari perkenalan historis batik oleh masyarakat Salem. Saat itu wilayah Salem terbagi dalam 3 onderdistrich masing-masing Bantarkawung, Salem, dan Sindangheula (sekarang menjadi wilayah Kecamatan Banjarharjo).
Ikon Ciri Khas Harus diakui batik Salem mengalami permasalahan di antaranya kualitas pewarnaan agar tidak cepat luntur, pengayaan warna dan desain karena selama ini dominasi batik Salem adalah sogan dengan desain yang cenderung mengikuti tradisi leluhur, dan proses pemasaran, karena selama ini pemasaran secara meluas baru terlaksana bilamana ada pameran/ ekspo.
Brebes belum memiliki pasar khusus batik Salem, kecuali di Bentar dan Bentarsari. Persoalan lain adalah teknologi pemanasan lilin dan canting yang menggunakan minyak tanah sementara BBM jenis itu sekarang langka dan mahal dengan adanya program konversi.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Balai Besar Batik Yogyakarta sudah melakukan kajian tentang motif yang bisa menjadi ikon batik Salem (batik Brebes).
Ikon yang dijadikan motif dasar di antaranya adalah bawang merah (brambang abang), telor asin, bebek (itik), dan gudang bawang (gudang brambang).
Tampaknya dari usulan motif batik Salem yang dapat dijadikan ikon batik Brebes masih belum mengakomodasi living culture masyarakat Brebes yang berada di wilayah pesisiran.
Tentu bila diakomodasi kita berharap ada pengayaaan pada warna dan simbol desain yang
dinamis yang menyeimbangkan wilayah pedalaman dan pesisir. Walaupun tak bisa disangkal telor asin dan bawang merah merupakan produk yang membangun brand image Brebes. (10)
— Wijanarto, anggota Tim Teknis Batik Brebes, mahasiswa pascasarjana Sejarah di Undip
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/05/22/110404/10/Mencari-Ciri-Khas-Batik-Brebes
18 Juni 2010
Dari 17 kecamatan di Kabupaten Brebes, sentra perajin batik hanya terdapat di Kecamatan Salem. Itupun terpusat di 2 desa yakni Bentar dan Bentarsari. Berdasarkan catatan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes, di daerah itu ada sedikitnya 200 perajin batik.
Memang muncul pertanyaan kenapa wilayah Salem yang menjadi sentra industri batik. Secara geografis kecamatan itu berada di Brebes selatan dan yang dikembangkan lebih mencerminkan motif batik pedalaman dibandingkan batik pesisiran. Walaupun berdasarkan kajian Masiswo (2009) ciri khas batik Salem banyak dipengaruhi oleh batik Pekalongan (dari pola buketan), batik Surakarta/ Yogyakarta (dari pewarnaan, bentuk pola, dan pilihan motif), batik Tegal (dari pewarnaan soga), dan batik Banyumas (pewarnaan soga).
Pewarnaan batik Salem didominasi warna hitam, cokelat, dan putih dengan motif pada mulanya kopi pecah, manggar, dan ukel. selain motif klasik seperti sidomukti, plataran ukel baris dengan teknologi bedesan. Walaupun kini perajin sudah menggunakan motif baru seperti bawang merah (brambang abang) dan bebek yang disebut itik bawang.
Tak ada bukti tertulis yang menguatkan perkenalan historis masyarakat Salem dengan tradisi budaya batik. Namun terdapat beberapa simpul yang menjadi pintu pembuka perkenalan batik di wilayah Salem. Simpul peristiwa pertama adalah pernikahan putri pejabat Pekalongan dengan pemuda setempat tahun 1917. Putri inilah yang diduga mengajarkan seni membatik tulis pada masyarakat. Sumber ini merupakan sumber lisan yang dipercaya sebagian perajin batik Salem.
Simpul peristiwa kedua, adalah pernikahan pedagang batik Pekalongan dengan gadis setempat. Ini terjadi pada revolusi fisik yang membuat sang pedagang mengungsi hingga ke Salem. Dan memang di Salem pernah menjadi wilayah pengungsian Kabupaten Brebes. Bahkan pemerintahan Republiken Kabupaten Brebes berdiri di Ciputih, Salem. Namun sumber ini pun bersifat lisan.
Satu-satunya simpul peristiwa yang tertulis adalah kunjungan dinas (tournee) Bupati Brebes, Raden Arya Tjandranegara pada November 1882 ke daerah Gunung Segara dan Pengarasan. Hasil kunjungan Bupati dibuat dalam artikel yang dimuat dalam Tijdchraft voor Indische Taal Land en Volkunkunde edisi XXIX tahun 1884.
Kemungkinan inilah yang bisa dilacak dari perkenalan historis batik oleh masyarakat Salem. Saat itu wilayah Salem terbagi dalam 3 onderdistrich masing-masing Bantarkawung, Salem, dan Sindangheula (sekarang menjadi wilayah Kecamatan Banjarharjo).
Ikon Ciri Khas Harus diakui batik Salem mengalami permasalahan di antaranya kualitas pewarnaan agar tidak cepat luntur, pengayaan warna dan desain karena selama ini dominasi batik Salem adalah sogan dengan desain yang cenderung mengikuti tradisi leluhur, dan proses pemasaran, karena selama ini pemasaran secara meluas baru terlaksana bilamana ada pameran/ ekspo.
Brebes belum memiliki pasar khusus batik Salem, kecuali di Bentar dan Bentarsari. Persoalan lain adalah teknologi pemanasan lilin dan canting yang menggunakan minyak tanah sementara BBM jenis itu sekarang langka dan mahal dengan adanya program konversi.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Balai Besar Batik Yogyakarta sudah melakukan kajian tentang motif yang bisa menjadi ikon batik Salem (batik Brebes).
Ikon yang dijadikan motif dasar di antaranya adalah bawang merah (brambang abang), telor asin, bebek (itik), dan gudang bawang (gudang brambang).
Tampaknya dari usulan motif batik Salem yang dapat dijadikan ikon batik Brebes masih belum mengakomodasi living culture masyarakat Brebes yang berada di wilayah pesisiran.
Tentu bila diakomodasi kita berharap ada pengayaaan pada warna dan simbol desain yang
dinamis yang menyeimbangkan wilayah pedalaman dan pesisir. Walaupun tak bisa disangkal telor asin dan bawang merah merupakan produk yang membangun brand image Brebes. (10)
— Wijanarto, anggota Tim Teknis Batik Brebes, mahasiswa pascasarjana Sejarah di Undip
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/05/22/110404/10/Mencari-Ciri-Khas-Batik-Brebes
18 Juni 2010
Mencari Ciri Khas Batik Brebes
SELAMA ini, pembicaraan mengenai batik di wilayah pantura barat Jawa Tengah selalu mengait dengan Pekalongan yang telah memiliki kluster pengembangan industri batik. Padahal selama ini ada Kota Tegal dan Kabupaten Brebes yang berpotensi sebagai sentra batik di kawasan yang sama.
Dari 17 kecamatan di Kabupaten Brebes, sentra perajin batik hanya terdapat di Kecamatan Salem. Itupun terpusat di 2 desa yakni Bentar dan Bentarsari. Berdasarkan catatan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes, di daerah itu ada sedikitnya 200 perajin batik.
Memang muncul pertanyaan kenapa wilayah Salem yang menjadi sentra industri batik. Secara geografis kecamatan itu berada di Brebes selatan dan yang dikembangkan lebih mencerminkan motif batik pedalaman dibandingkan batik pesisiran. Walaupun berdasarkan kajian Masiswo (2009) ciri khas batik Salem banyak dipengaruhi oleh batik Pekalongan (dari pola buketan), batik Surakarta/ Yogyakarta (dari pewarnaan, bentuk pola, dan pilihan motif), batik Tegal (dari pewarnaan soga), dan batik Banyumas (pewarnaan soga).
Pewarnaan batik Salem didominasi warna hitam, cokelat, dan putih dengan motif pada mulanya kopi pecah, manggar, dan ukel. selain motif klasik seperti sidomukti, plataran ukel baris dengan teknologi bedesan. Walaupun kini perajin sudah menggunakan motif baru seperti bawang merah (brambang abang) dan bebek yang disebut itik bawang.
Tak ada bukti tertulis yang menguatkan perkenalan historis masyarakat Salem dengan tradisi budaya batik. Namun terdapat beberapa simpul yang menjadi pintu pembuka perkenalan batik di wilayah Salem. Simpul peristiwa pertama adalah pernikahan putri pejabat Pekalongan dengan pemuda setempat tahun 1917. Putri inilah yang diduga mengajarkan seni membatik tulis pada masyarakat. Sumber ini merupakan sumber lisan yang dipercaya sebagian perajin batik Salem.
Simpul peristiwa kedua, adalah pernikahan pedagang batik Pekalongan dengan gadis setempat. Ini terjadi pada revolusi fisik yang membuat sang pedagang mengungsi hingga ke Salem. Dan memang di Salem pernah menjadi wilayah pengungsian Kabupaten Brebes. Bahkan pemerintahan Republiken Kabupaten Brebes berdiri di Ciputih, Salem. Namun sumber ini pun bersifat lisan.
Satu-satunya simpul peristiwa yang tertulis adalah kunjungan dinas (tournee) Bupati Brebes, Raden Arya Tjandranegara pada November 1882 ke daerah Gunung Segara dan Pengarasan. Hasil kunjungan Bupati dibuat dalam artikel yang dimuat dalam Tijdchraft voor Indische Taal Land en Volkunkunde edisi XXIX tahun 1884.
Kemungkinan inilah yang bisa dilacak dari perkenalan historis batik oleh masyarakat Salem. Saat itu wilayah Salem terbagi dalam 3 onderdistrich masing-masing Bantarkawung, Salem, dan Sindangheula (sekarang menjadi wilayah Kecamatan Banjarharjo).
Ikon Ciri Khas Harus diakui batik Salem mengalami permasalahan di antaranya kualitas pewarnaan agar tidak cepat luntur, pengayaan warna dan desain karena selama ini dominasi batik Salem adalah sogan dengan desain yang cenderung mengikuti tradisi leluhur, dan proses pemasaran, karena selama ini pemasaran secara meluas baru terlaksana bilamana ada pameran/ ekspo.
Brebes belum memiliki pasar khusus batik Salem, kecuali di Bentar dan Bentarsari. Persoalan lain adalah teknologi pemanasan lilin dan canting yang menggunakan minyak tanah sementara BBM jenis itu sekarang langka dan mahal dengan adanya program konversi.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Balai Besar Batik Yogyakarta sudah melakukan kajian tentang motif yang bisa menjadi ikon batik Salem (batik Brebes).
Ikon yang dijadikan motif dasar di antaranya adalah bawang merah (brambang abang), telor asin, bebek (itik), dan gudang bawang (gudang brambang).
Tampaknya dari usulan motif batik Salem yang dapat dijadikan ikon batik Brebes masih belum mengakomodasi living culture masyarakat Brebes yang berada di wilayah pesisiran.
Tentu bila diakomodasi kita berharap ada pengayaaan pada warna dan simbol desain yang
dinamis yang menyeimbangkan wilayah pedalaman dan pesisir. Walaupun tak bisa disangkal telor asin dan bawang merah merupakan produk yang membangun brand image Brebes. (10)
— Wijanarto, anggota Tim Teknis Batik Brebes, mahasiswa pascasarjana Sejarah di Undip
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/05/22/110404/10/Mencari-Ciri-Khas-Batik-Brebes
18 Juni 2010
Dari 17 kecamatan di Kabupaten Brebes, sentra perajin batik hanya terdapat di Kecamatan Salem. Itupun terpusat di 2 desa yakni Bentar dan Bentarsari. Berdasarkan catatan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Brebes, di daerah itu ada sedikitnya 200 perajin batik.
Memang muncul pertanyaan kenapa wilayah Salem yang menjadi sentra industri batik. Secara geografis kecamatan itu berada di Brebes selatan dan yang dikembangkan lebih mencerminkan motif batik pedalaman dibandingkan batik pesisiran. Walaupun berdasarkan kajian Masiswo (2009) ciri khas batik Salem banyak dipengaruhi oleh batik Pekalongan (dari pola buketan), batik Surakarta/ Yogyakarta (dari pewarnaan, bentuk pola, dan pilihan motif), batik Tegal (dari pewarnaan soga), dan batik Banyumas (pewarnaan soga).
Pewarnaan batik Salem didominasi warna hitam, cokelat, dan putih dengan motif pada mulanya kopi pecah, manggar, dan ukel. selain motif klasik seperti sidomukti, plataran ukel baris dengan teknologi bedesan. Walaupun kini perajin sudah menggunakan motif baru seperti bawang merah (brambang abang) dan bebek yang disebut itik bawang.
Tak ada bukti tertulis yang menguatkan perkenalan historis masyarakat Salem dengan tradisi budaya batik. Namun terdapat beberapa simpul yang menjadi pintu pembuka perkenalan batik di wilayah Salem. Simpul peristiwa pertama adalah pernikahan putri pejabat Pekalongan dengan pemuda setempat tahun 1917. Putri inilah yang diduga mengajarkan seni membatik tulis pada masyarakat. Sumber ini merupakan sumber lisan yang dipercaya sebagian perajin batik Salem.
Simpul peristiwa kedua, adalah pernikahan pedagang batik Pekalongan dengan gadis setempat. Ini terjadi pada revolusi fisik yang membuat sang pedagang mengungsi hingga ke Salem. Dan memang di Salem pernah menjadi wilayah pengungsian Kabupaten Brebes. Bahkan pemerintahan Republiken Kabupaten Brebes berdiri di Ciputih, Salem. Namun sumber ini pun bersifat lisan.
Satu-satunya simpul peristiwa yang tertulis adalah kunjungan dinas (tournee) Bupati Brebes, Raden Arya Tjandranegara pada November 1882 ke daerah Gunung Segara dan Pengarasan. Hasil kunjungan Bupati dibuat dalam artikel yang dimuat dalam Tijdchraft voor Indische Taal Land en Volkunkunde edisi XXIX tahun 1884.
Kemungkinan inilah yang bisa dilacak dari perkenalan historis batik oleh masyarakat Salem. Saat itu wilayah Salem terbagi dalam 3 onderdistrich masing-masing Bantarkawung, Salem, dan Sindangheula (sekarang menjadi wilayah Kecamatan Banjarharjo).
Ikon Ciri Khas Harus diakui batik Salem mengalami permasalahan di antaranya kualitas pewarnaan agar tidak cepat luntur, pengayaan warna dan desain karena selama ini dominasi batik Salem adalah sogan dengan desain yang cenderung mengikuti tradisi leluhur, dan proses pemasaran, karena selama ini pemasaran secara meluas baru terlaksana bilamana ada pameran/ ekspo.
Brebes belum memiliki pasar khusus batik Salem, kecuali di Bentar dan Bentarsari. Persoalan lain adalah teknologi pemanasan lilin dan canting yang menggunakan minyak tanah sementara BBM jenis itu sekarang langka dan mahal dengan adanya program konversi.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Balai Besar Batik Yogyakarta sudah melakukan kajian tentang motif yang bisa menjadi ikon batik Salem (batik Brebes).
Ikon yang dijadikan motif dasar di antaranya adalah bawang merah (brambang abang), telor asin, bebek (itik), dan gudang bawang (gudang brambang).
Tampaknya dari usulan motif batik Salem yang dapat dijadikan ikon batik Brebes masih belum mengakomodasi living culture masyarakat Brebes yang berada di wilayah pesisiran.
Tentu bila diakomodasi kita berharap ada pengayaaan pada warna dan simbol desain yang
dinamis yang menyeimbangkan wilayah pedalaman dan pesisir. Walaupun tak bisa disangkal telor asin dan bawang merah merupakan produk yang membangun brand image Brebes. (10)
— Wijanarto, anggota Tim Teknis Batik Brebes, mahasiswa pascasarjana Sejarah di Undip
Sumber:
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/05/22/110404/10/Mencari-Ciri-Khas-Batik-Brebes
18 Juni 2010
Blengong Goreng, Makanan khas Brebes Perpaduan antara Itik dan Entog
Blengong goreng adalah salah satu jenis spesies perkawinan antara itik dan entog yang diolah atau digoreng, kemudian disajikan beserta sambal dan lalapan dan nasi panas. Sajian makanan dari unggas ini hanya terdapat di daerah Lemba Rawa Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Rumah makan khusus menjual belengon goreng yang juga merangkap tempat tinggal ini terletak jauh dari pusat keramaian Brebes di daerah Lemba Rawa. Meskipun demikian sebelum tempat makan Blengon goreng ini buka pada jam 13:00 WIB siang , para pengunjung telah berdatangan dan menunggu daging Blengon potong yang masih di potong-potong dan direbus tersebut.
Selain selalu dikunjungi oleh para pegawai negeri pemerintahan daerah Kabupaten Brebes, rumah makan Blengong goreng ini terkadang juga dikunjungi oleh Bupati Kabupaten Brebes pada saat makan siang.
Blengong Goreng disajikan bersama lalapan; sambal dan nasi panas, sajian blengong ini dihidangan bersama teh poci panas yang merupakan ciri khas daerah Brebes dan sekitarnya. Selain terkenal dengan daerah penghasil bawang merah, kabupaten Brebes juga terkenal akan telur bebek asin dan daging blengon ini yang dimasak gulai sate serta digoreng bumbu.
Sumber:
http://www.kotahujan.com/2009/10/blengong-goreng-makanan-khas-brebes.html
18 Juni 2010
Pecel Belut Khas Brebes, Jawa Tengah
Pesona Indonesia dalam edisi kuliner mencoba cita rasa Pecel Belut khas Brebes, Jawa Tengah. Mencoba cita rasa Pecel yang terdiri dari aneka sayuran, seperti kacang panjang, bayam, tauge yang disiram dengan bumbu kacang (Kacang tanah goreng yang telah dihaluskan bersama dengan garam, sedikit gula, cabe rawit dan cabe merah). Umumnya pecel disajikan bersama dengan lontong atau ketupat. Lain halnya dengan di Brebes, Jawa Barat, Pecel disajikan bersama dengan beberapa potong Belut goreng
Kalau anda berkunjung ke Brebes, Jawa tengah...........Anda dapat memilih berbagai alternatif transportasi dari kotaJakarta. Pertama, menggunakan mobil pribadi atau bus umum dari arah Jakarta menuju Brebes dengan waktu tempuh sekitar 6 jam. Kedua, Anda dapat memilih menggunakan kereta api dari stasiun Gambir, Jakarta. Jarak tempuh menuju Brebes kurang lebih 5 jam perjalanan. Walaupun perjalanan dari Jakarta menuju Brebes relatif jauh, rasa jenuh tak akan menyertai petualangan Anda. Karena di sepanjang jalan, Anda akan melihat hamparan sawah yang relatif luas. Tidak hanya itu, di sepanjang jalur Pantai Utara, tepatnya di sepanjang jalan utama daerah Cirebon, Anda juga akan melihat deretan tambak udang. Tak lama kemudian.......Anda akan melihat deretan penjual telur asin. Telur bebek yang telah direndam dengan menggunakan garam di dalam tanah liat, abu, dan pasir. Di antara deretan penjual telur asin itulah, anda telah sampai dilokasi Brebes. Itulah yang membuat banyak orang mengatakan, Brebes identik dengan telur asin.
Untuk menikmati Pecel Belut, di Brebes, Anda dapat menemukan menu Pecel Belut di hampir setiap warung makan. Keistimewaan Pecel Belut dapat Anda temukan, ketika Anda memesan 1 porsi Pecel Belut.
Ada warung makan yang menyajikan Belut dalam keadaan telah digoreng dan dipotong menjadi beberapa bagian. Terkadang, ada juga warung yang memperbolehkan Anda memilih seekor Belut sesuai selera. Dalam keadaan masih hidup, Belut diletakkan di dalam sebuah wadah dan bebas untuk dipilih. Setelah Anda memilih 1 diantaranya, barulah Belut dicuci dengan air tanah hingga bersih. Supaya Belut tidak berbau amis, seluruh bagian tubuh Belut dilumuri dengan berbagai macam bumbu. Seperti garam, kunir, jahe, cabe merah dan bawang putih. Setelah bumbu meresap, barulah digoreng hingga matang. Kemudian dipotong menjadi beberapa bagian.
Jika dilihat secara sekilas........pembuatan menu Pecel Belut memang relatif mudah. Namun..........tidak semua orang dapat mengolah Belut. Sebelum diberi bumbu, Belut harus dicuci hingga bersih. Jika tidak, lendir dan bau amis akan tetap menempel. Sesuai dengan namanya, ketika Pecel Belut hendak disajikan, potongan Belut terlebih dahulu dicampur dengan bumbu pecel lengkap dengan aneka sayuran.
engan harga berkisar 12 ribu rupiah untuk 1 porsi, kenikmatan rasa gurih Belut serta lezatnya bumbu pecel dapat Anda rasakan. Tak hanya itu, Anda juga dapat memilih. Menikmati Pecel Belut dengan sepiring nasi atau lontong. Atau justru ingin menikmati Pecel Belut sebagai makanan ringan. Untuk mengetahui bagaimana rasa Pecel Belut, berikut pendapat salah seorang pecinta kuliner Pecel Belut, Rudi.
Sumber:
http://id.voi.co.id/fitur/voi-pesona-indonesia/341-pecel-belut-khas-brebes-jawa-tengah.html
18 Juni 2010
Kalau anda berkunjung ke Brebes, Jawa tengah...........Anda dapat memilih berbagai alternatif transportasi dari kotaJakarta. Pertama, menggunakan mobil pribadi atau bus umum dari arah Jakarta menuju Brebes dengan waktu tempuh sekitar 6 jam. Kedua, Anda dapat memilih menggunakan kereta api dari stasiun Gambir, Jakarta. Jarak tempuh menuju Brebes kurang lebih 5 jam perjalanan. Walaupun perjalanan dari Jakarta menuju Brebes relatif jauh, rasa jenuh tak akan menyertai petualangan Anda. Karena di sepanjang jalan, Anda akan melihat hamparan sawah yang relatif luas. Tidak hanya itu, di sepanjang jalur Pantai Utara, tepatnya di sepanjang jalan utama daerah Cirebon, Anda juga akan melihat deretan tambak udang. Tak lama kemudian.......Anda akan melihat deretan penjual telur asin. Telur bebek yang telah direndam dengan menggunakan garam di dalam tanah liat, abu, dan pasir. Di antara deretan penjual telur asin itulah, anda telah sampai dilokasi Brebes. Itulah yang membuat banyak orang mengatakan, Brebes identik dengan telur asin.
Untuk menikmati Pecel Belut, di Brebes, Anda dapat menemukan menu Pecel Belut di hampir setiap warung makan. Keistimewaan Pecel Belut dapat Anda temukan, ketika Anda memesan 1 porsi Pecel Belut.
Ada warung makan yang menyajikan Belut dalam keadaan telah digoreng dan dipotong menjadi beberapa bagian. Terkadang, ada juga warung yang memperbolehkan Anda memilih seekor Belut sesuai selera. Dalam keadaan masih hidup, Belut diletakkan di dalam sebuah wadah dan bebas untuk dipilih. Setelah Anda memilih 1 diantaranya, barulah Belut dicuci dengan air tanah hingga bersih. Supaya Belut tidak berbau amis, seluruh bagian tubuh Belut dilumuri dengan berbagai macam bumbu. Seperti garam, kunir, jahe, cabe merah dan bawang putih. Setelah bumbu meresap, barulah digoreng hingga matang. Kemudian dipotong menjadi beberapa bagian.
Jika dilihat secara sekilas........pembuatan menu Pecel Belut memang relatif mudah. Namun..........tidak semua orang dapat mengolah Belut. Sebelum diberi bumbu, Belut harus dicuci hingga bersih. Jika tidak, lendir dan bau amis akan tetap menempel. Sesuai dengan namanya, ketika Pecel Belut hendak disajikan, potongan Belut terlebih dahulu dicampur dengan bumbu pecel lengkap dengan aneka sayuran.
engan harga berkisar 12 ribu rupiah untuk 1 porsi, kenikmatan rasa gurih Belut serta lezatnya bumbu pecel dapat Anda rasakan. Tak hanya itu, Anda juga dapat memilih. Menikmati Pecel Belut dengan sepiring nasi atau lontong. Atau justru ingin menikmati Pecel Belut sebagai makanan ringan. Untuk mengetahui bagaimana rasa Pecel Belut, berikut pendapat salah seorang pecinta kuliner Pecel Belut, Rudi.
Sumber:
http://id.voi.co.id/fitur/voi-pesona-indonesia/341-pecel-belut-khas-brebes-jawa-tengah.html
18 Juni 2010
Brebes Berupaya Mendongkrak IPM
K
abupaten Brebes, menyandang tingkat IPM yang paling rendah di Jawa Tengah (rangking 35 dari 35 kabupaten/ kota yang ada). IPM, merupakan gabungan dari komponen-komponen angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan tingkat daya beli masyarakat. Pada pelaksanaan Semiloka Bazar PJM di Brebes, Syaefudin, S.Ag dari BKM Sejahtera Desa Pemaron mewakili masyarakat memaparkan bahwa program-program yang disampaikan disusun berdasarkan kajian yang dilakukan oleh masyarakat sendiri terhadap wilayahnya, dimulai dari penentuan kriteria kemiskinan yang ada, pemetaan swadaya terhadap kondisi dan potensi yang dimiliki hingga penyusunan Tim Perencanaan Partisipatif untuk menyusun PJM Pronangkis. ”Masyarakat berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah untuk mewujudkan PJM yang telah disusun untuk peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat.” demikian tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Mudhofir, dari TKPK (Tim Koordinasi Pananggulangan Kemiskinan) Kabupaten Brebes mengatakan, ”Berdasarkan data BPS di Kabupaten Brebes pada tahun 2006 terdapat sekitar 226 ribu KK miskin dari total penduduk”. Sebanyak 50 % lebih penduduk di Kabupaten Brebes termasuk katagori miskin, untuk itulah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin, Pemerintah Kabupaten Brebes mengalokasikan dana untuk program penanggulangan kemiskinan. Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 700 M, yang diantaranya telah dialokasikan sebesar Rp 147 M untuk penanggulangan kemiskinan di segala aspek dan segala bidang melalui SKPD-SKPD yang ada.
Lebih lanjut, Pemerintah daerah Brebes berharap agar masyarakat agar bisa memanfaatkan potensi lokal dan pribadi untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Hal yang sama juga disampaikan Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Brebes agar masyarakat menumbuhkan semangat kewirausahaan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan karena sebenarnya semua potensi yang ada disekitar kita dapat dimanfaatkan untuk modal usaha. Idea Riseta Permanasari selaku Koordinator PNPM P2KP Kabupaten Brebes menambahkan bahwa seluruh program yang disusun oleh BKM pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan IPM masyarakat sehingga diharapkan dukungan dari semua pihak yang peduli untuk menyukseskannya.
Sumber :
http://www.kmwjateng.net/umum/brebes-berupaya-mendongkrak-ipm
18 Juni 2010
(Swara Mandiri)
abupaten Brebes, menyandang tingkat IPM yang paling rendah di Jawa Tengah (rangking 35 dari 35 kabupaten/ kota yang ada). IPM, merupakan gabungan dari komponen-komponen angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan tingkat daya beli masyarakat. Pada pelaksanaan Semiloka Bazar PJM di Brebes, Syaefudin, S.Ag dari BKM Sejahtera Desa Pemaron mewakili masyarakat memaparkan bahwa program-program yang disampaikan disusun berdasarkan kajian yang dilakukan oleh masyarakat sendiri terhadap wilayahnya, dimulai dari penentuan kriteria kemiskinan yang ada, pemetaan swadaya terhadap kondisi dan potensi yang dimiliki hingga penyusunan Tim Perencanaan Partisipatif untuk menyusun PJM Pronangkis. ”Masyarakat berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah untuk mewujudkan PJM yang telah disusun untuk peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat.” demikian tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Mudhofir, dari TKPK (Tim Koordinasi Pananggulangan Kemiskinan) Kabupaten Brebes mengatakan, ”Berdasarkan data BPS di Kabupaten Brebes pada tahun 2006 terdapat sekitar 226 ribu KK miskin dari total penduduk”. Sebanyak 50 % lebih penduduk di Kabupaten Brebes termasuk katagori miskin, untuk itulah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin, Pemerintah Kabupaten Brebes mengalokasikan dana untuk program penanggulangan kemiskinan. Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 700 M, yang diantaranya telah dialokasikan sebesar Rp 147 M untuk penanggulangan kemiskinan di segala aspek dan segala bidang melalui SKPD-SKPD yang ada.
Lebih lanjut, Pemerintah daerah Brebes berharap agar masyarakat agar bisa memanfaatkan potensi lokal dan pribadi untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Hal yang sama juga disampaikan Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Brebes agar masyarakat menumbuhkan semangat kewirausahaan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan karena sebenarnya semua potensi yang ada disekitar kita dapat dimanfaatkan untuk modal usaha. Idea Riseta Permanasari selaku Koordinator PNPM P2KP Kabupaten Brebes menambahkan bahwa seluruh program yang disusun oleh BKM pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan IPM masyarakat sehingga diharapkan dukungan dari semua pihak yang peduli untuk menyukseskannya.
Sumber :
http://www.kmwjateng.net/umum/brebes-berupaya-mendongkrak-ipm
18 Juni 2010
(Swara Mandiri)
Langganan:
Postingan (Atom)